Lokomotif B100 (Bima Kunting 1) didesain untuk berjalan pada jalan rel yang menggunakan gauge (lebar) 600 mm. Lokomotif ini memiliki gandar tipe 1A artinya bergandar 2 namun hanya 1 roda yang digerakkan oleh motor traksi. Lokomotif B100 menggunakan motor diesel Willys Jeep dan memiliki panjang 3800 mm. Lokomotif B100 mulai operasional tahun 1963 dan digunakan untuk inspeksi. Namun seiring dengan berjalannya waktu, jalan rel dengan gauge 600 mm ditutup pada tahun 1972 - 1973 karena tidak mampu bersaing dengan moda transportasi darat lainnya sehingga membuat lokomotif B100 disumbangkan ke Taman Lalu Lintas di Kota Bandung sebagai media pembelajaran tertib berlalu lintas untuk anak-anak. Lokomotif B100 masih beroperasi hingga saat ini.
Lokomotif B200 (Bima Kunting 2) dan Lokomotif B201 (Bima Kunting 3) didesign untuk berjalan pada jalan rel yang menggunakan gauge (lebar) 1067 mm dan mulai operasional tahun 1965. Lokomotif B200 dan Lokomotif B201 memiliki gandar tipe B artinya bergandar 2 dan 2 rodanya digerakkan oleh motor traksi. Kedua lokomotif ini memiliki tugas khusus yaitu dinas langsir hanya di dalam Balai Yasa Yogyakarta. Lokomotif B200 menggunakan generator Hobart dan memiliki panjang 6500 mm. Lokomotif B201 menggunakan motor diesel Daimler Benz M204B dengan daya 120 HP (horse power). Lokomotif B201 ini memiliki berat 19 ton, panjang 6300 mm dan melaju hingga kecepatan maksimum 45 km/jam.
Sebagai salah satu produk kebanggaan Indonesia, lokomotif B201 ikut dipamerkan dalam ajang Pameran Produksi Indonesia (PPI) di kota Jakarta pada tahun 1985. Karena tidak tersedianya suku cadang, memaksa Lokomotif B200 dan Lokomotif B201 berhenti beroperasi dan dinas langsir digantikan oleh Lokomotif D301. Saat ini hanya tersisa Lokomotif B201 yang berada di Balai Yasa Yogyakarta.